27/06/09

Menarik pelajaran dari wacana klasik “Lembaga Mahasiswa Mawasangka se-Indonesia”

Oleh: Wahyoe Al Amien

Ada sebuah pertanyaan: bagaimana semestinya seorang mahasiswa di tengah masyarakatnya? Pertanyaan tidak sederhana ini lahir dari kerisauan melihat realitas sosial yang berkembang di sekitar kehidupan sehari-hari mengapa kesadaran individu mahasiswa tumpul sementara kesadaran kolektif kelembagaan mahasiswa ternyata semakin lemah. Setiap mahasiswa, apa pun, dalam kerangka ideal eksistensinya memberikan makna dan tuntunan moralitas yang jelas. Begitupun lembaga kemahasiswaan yang menjadi media ataupun sebagai modal moralitas dan sekaligus sumber dan api gagasan yang tidak boleh mati.

Apa dan bagaimanapun itu, di dalam dinamika mahasiswa mawasangka, yang pertama-tama setiap orang telah jelas memiliki kebebasan menafsirkan suatu konsep atau sistem yang mesti dipakai dalam merealisasikan tanggungjawab social kemasyarakatannya. Sehingga pesan yang terkandung dalam penafsirannya tersebut selalu mengikuti bahkan mungkin melibihi tuntutan zamannya. Olehnya itu, adanya suatu pemaksaan konsep tentang bagaimana seharusnya mahasiswa baik secara individual maupun kolektif dalam merespon setiap persoalan masyarakatnya oleh suatu atau beberapa individu mahasiswa terhadap yang lainnya, merupakan suatu bentuk pendustaan terhadap kemerdekaan dalam kerangka kemanusiaan.

Banyak orang meyakini bahwa mahasiswa melalui media atau lembaganya memiliki peran dan fungsi sentral dalam setiap denyut nadi kehidupan masyarakat. Begitu sentralnya peran dan fungsi mahasiswa sehingga kita semestinya optimis menjadikan perdamaian antar mahasiswa sebagai akar dan prasyarat mutlak untuk meraih kedamaian masyarakat untuk keseluruhan.
Pada dasarnya konflik merupakan aspek intrinsic yang tidak mungkin dipisahkan dan dihindarkan dalam sebuah perubahan social yang berlangsung. Konflik adalah sebuah ekspresi heterogenitas kepentingan, nilai dan keyakinan yang muncul sebagai formasi baru yang ditimbulkan oleh perubahan social yang bertentangan dengan hambatan yang diwariskan. Lembaga kemahasiswaan, sekali lagi harus tampil sebagai kekuatan pemersatu yang akan mengikat seluruh masyarakat dalam satu kerangka etis dan tidak selalu mendasarkannya kepada kepentingan sesaat yang cenderung menyesatkan.

Meskipun pentingnya dialog antar mahasiswa mawasangka baik dari makassar, kendari, bau-bau, gorontalo, telah dimaklumi banyak pihak, tetapi satu hal yang seringkali tidak disadari oleh penganjurnya adalah terdapat sejumlah persoalan pemahaman yang bias yang akan menjadi hambatan bagi terciptanya dialog yang dialogis. Persoalan pemahaman tersebut misalnya munculnya kebingungan eksistensi dan sikap individu yang mendua. Ketika berhadapan dengan banyak atau beberapa lembaga, seorang biasanya akan dihadapkan dengan persoalan penting: bagaimanakah seharusnya dia mendefinisikan dirinya di tengah lembaga lain yang juga eksis dan punya keabsahan. Padahal dalam keyakinan pemahaman kelembagaan yang mapan, akan selalu muncul klaim bahwa lembaga kitalah yang paling baik dan benar, sementara lembaga lain menyimpang.

Nampaknya perlu ditanamkan sebuah kesadaran bahwa ketika program dan tujuan suatu lembaga sudah mencapai kemaslahatannya, maka secara substansial, pada saat itulah seluruh tujuan lembaga-lembaga kemahasiswaan mawasangka telah berlaku. Dalam konteks ini, sistem lembaga mahasiswa Mawasangka Makassar (SALIWU) dengan mempertimbangkan pluralitas dan kemajemukan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat, ketika mampu menciptakan kemaslahatan di masyarakat, jauh lebih diperlukan ketimbang memberlakukan keharusan penyatuan setiap elemen kelembagaan dalam skala nasional, jika itu justru menimbulkan mudharat. Sebaliknya, jika pemberlakuan keharusan penyatuan tiap-tiap elemen kelembagaan menjadi skala nasional justru menimbulkan fragmentasi dalam kalangan mahasiswa mawasangka sendiri, maka lembaga kemahasiswaan justru mengalami kematiannya, karena gagal menciptakan maslahah al’ama (kebaikan bersama). Dalam konteksi semacam inilah, maka perlu diwaspadai pembajakan isu penyatuan seluruh elemen mahasiswa mawasangka dalam satu media dengan embel-embel Indonesia oleh beberapa individu. (#)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembaiatan Camaba '08